Selasa, 17 Mei 2011

Pembaharuan EYD Mengikuti Arus Globalisasi

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
KATA PENGANTAR ii

BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Identifikasi Masalah 2
1.3 Rumusan Masalah 2
1.4 Tujuan dan Kegunaan Penulisan 2
1.5 Metode Pengumpulan data 3
1.6 Sistematika Penulisan 3

BAB 2 PEMBAHASAN 5
2.1 Penggunaan EYD Dalam Penulisan dan Komunikasi 5
2.1.1 Pemakaian huruf 5
2.1.2 Penulisan Huruf Kapital dan Miring 7
2.1.3 Penulisan kata 8
2.1.4 Penulisan unsur serapan 9
2.1.5 Penulisan Tanda Baca 11
2.2 Penggunaan Bahasa Indonesia di Dunia Maya 18
2.3 Perkembangan Bahasa Gaul 24

BAB 3 PENUTUP 27
3.1 Kesimpulan 27
3.2 Saran 27

DAFTAR PUSTAKA 28



KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala rahmat, berkat dan kasih-Nya, karena atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis dengan judul “KREATIFITAS ANAK BANGSA YANG MERUSAK BAHASA INDONESIA”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.
Tujuan penulis menyusun karya tulis ini adalah guna memperdalam pengetahuan tentang makin rusaknya penggunaan bahasa indonesia di kalangan umum.
Mengingat keterbatasan kemampuan, pengetahuan serta pengalaman penulis dalam melakukan penelitian dan penyusunan karya tulis, banyak sekali mendapatkan rintangan dan juga hambatan yang Alhamdullilah dapat dilalui. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini tidak luput dari berbagai macam kekurangan dan masih jauh dari sempurna, namun tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung baik moril maupun materil selama penulis menyelesaikan proses penulisan karya tulis ini. Ucapan terima kasih yang tulus ini penulis sampaikan kepada:
1 Kedua orang tuaku yang sangat penulis sayangi dan banggakan, juga kakak dan adikku. Terimakasih atas curahan kasih sayangnya, semangat, doa, serta dukungan moril dan materil yang tak henti – hentinya, selama penulis menuntut ilmu serta pengorbanan dan selalu bersabar untuk mengingatkan agar menyelesaikan karya tulis ini dengan baik. Semoga Allah SWT selalu melindungi dan memberikan kebahagiaan kepada keluargaku tercinta.
2 Bapak Makhdonal selaku dosen Bahasa Indonesia yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dorongan dan pikirannya untuk memberi bimbingan, pengarahan serta nasehat yang berguna kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.
3 Teman – teman angkatan 2010 Dwi Atmayanti, Recha Stefanie, Endang Setyowati, Zeravica, Tania Nurita, dan semuanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang selalu memberikan dukungan dan masukan yang membangun.
Akhir kata, semoga amal baik dan pengorbanan yang telah diberikan, mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Serta penulis berharap semoga karya tulis ini dapat berguna dalam kehidupan penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya dimasa depan.
Wassalamu`alaikum Wr.Wb.

Jakarta, Januari 2011



Windy Fatma Susmala



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Majunya perkembangan teknologi di Indonesia menyebabkan berkembangnya pula cara berkomunikasi bagi masyarakat. Semakin majunya media komunikasi di Indonesia tidak hanya dirasakan oleh kalangan orang dewasa saja namun semua kalangan masyarakat dari tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas ikut merasakannya. Berawal dari pager hingga sekarang keluaran handphone sudah sangat beragam dengan harga yang terjangkau.
Tidak hanya media handphone alat komunikasi yang berkembang pesat. Dewasa ini perkembangan internet sangat melesat jauh. Tidak lagi sebagai media browser, internet kini sebagai media komunikasi yang maju. Social Network atau Jejaring sosial di dunia maya kini makin menyebar layaknya jamur. Friendster, Koprol, Tumblr, Plurk, Facebook, Twitter dan banyak lagi macamnya. Umumnya kalangan remajalah yang aktif menggunakan sarana jejaring sosial ini.
Kini bahasa gaul yang kian santer digunakan para remaja dalam berkomunikasi. Hal ini ikut pula dapat merusak tatanan bahasa indonesia melenceng dari kaedah yang seharusnya. Namun bahasa gaul masih bisa di tolerir karena masih dapat dibaca dengan jelas hanya mungkin yang tidak mengerti artinya pasti akan bertanya-tanya apa yang dimaksudkan dari kata tersebut.
Penulisan dalam berkomunikasi ala remaja pun kini jadi sorotan. Penyingkatan kata yang diawali dari pengetikan saat mengirim SMS (Short Message Service) . Hal itu bisa di maklumi karena namanya saja short maka character yang disediakan terbatas. Hingga akhirnya para remaja makin beraksi dengan penulisan besar kecil penyingkatan yang berlebihan sehingga sulit dibaca sampai pengubahan abjad menjadi huruf lain yang sulit dicerna.
Dengan alasan itulah penulis menyusun karya tulis yang berjudul “KREATIFITAS ANAK BANGSA YANG MERUSAK BAHASA INDONESIA” . Banyak kontroversi yang terjadi di dunia maya perkara kreatifitas anak bangsa ini. Kreatifitas merupakan hasil dari suatu ide cemerlang yang menghasilkan karya positif. Namun bahasa indonesia yang dirubah-rubah ini yang sering disebut bahasa ‘alay’ bukanlah suatu kreatifitas yang positif. Output yang dihasilkan malah menjadi negatif. Dari seringnya remaja berbahasa ‘alay’ ditakutkan akan menjadi kebiasaan yang buruk dalam penulisan bahasa indonesia yang formal. Hal ini dapat merusak EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Pengambilan tema ini bertujuan agar kalangan muda yang biasa berbahasa ‘alay’ dapat sadar dan memperbaiki diri bahwa bahasa indonesia tidak harus dirubah-rubah sesuka hatinya.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dikemukakan beberapa identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Pemakaian bahasa indonesia sesuai EYD.
2. Penggunaan bahasa indonesia di kalangan remaja.
3. Bahasa ‘alay’ merusak bahasa indonesia
4. sosial network dinilai sarana merusak bahasa indonesia
5. Bahasa gaul yang menjamur di kalangan masyarakat

1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka dapat dibuat perumusan masalah yang diharapkan akan bermanfaat dalam upaya mencari jawaban mengenai masalah tersebut. Perumusan masalah tersebut adalah :
1. Seberapa besar kepedulian remaja akan berbahasa indonesia yang baik dan benar.
2. Sejauh mana pengaruh bahasa ‘alay’ di pemakaian bahasa indonesia formal.
3. Sejauh mana sarana jejaring sosial digunakan dalam bahasa indonesia yang melanggar EYD.
4. Seberapa besar pengaruh bahasa ‘gaul’ di semua kalangan masyarakat indonesia.

1.4 Tujuan dan Kegunaan Penulisan
1. Tujuan
Tujuan penulis dalam pembahasan ini adalah :
1. Agar mengetahui bahwa bahasa indonesia kini makin rusak karena adanya bahasa ‘alay’.
2. Mengetahui bagaimana penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan yang baik dan benar
3. Mengetahui perkembangan remaja yang makin merusak bahasa di soial network.
4. Agar sadar bahwa bahasa ‘gaul’ kini sudah menjadi bahasa sehari-hari tanpa kita sadari secara langsung.

2. Kegunaan
Kegunaan penulisan ini ialah sebagai berikut :
1. Agar remaja indonesia lebih menghargai bahasa indonesia untuk tidak dirubah-rubah menjadi suatu rutinitas
2. Agar penggunaan EYD dalam berkomunikasi bisa lebih diperhatikan lagi agar terbiasa penulisan bahasa indonesia dengan kaedah yang benar
3. Untuk memperbaiki image jejaring sosial yang telah tercemar karena di sinyalir sebagai media penetas generasi muda berkomunikasi menggunakan bahasa yang biasa disebut bahasa ‘alay’ .

1.5 Metode Pengumpulan data
Data-data diperoleh dengan pengumpulan data yang didapat dari internet, buku, dan informasi yang didapat melalui televisi, jejaring sosial, serta dari perbincangan kecil antar teman. Karya tulis ini ditulis dan dibuat dengan menggunakan aturan Bahasa Indonesia yang baku dengan tata bahasa dan ejaan yang disempurnakan, sederhana, dan jelas.

1.6 Sistematika Penulisan
Dalam karya tulis ini, penulis membagi dalam 3 bab bagian dimaksudkan agar pembahasan menjadi lebih terarah dalam sistematis, adapun sistematika adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab I terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penulisan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
BAB II : PEMBAHASAN
Dalam bab II ini akan membahas topik yang penulis ambil dan menjabarkannya satu persatu.
BAB III : PENUTUP
Berisi kesimpulan dari keseluruhan isi pembahasan serta memberikan saran-saran yang dapat dipertimbangkan.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penggunaan EYD Dalam Penulisan dan Komunikasi
Bicara tentang penggunaan EYD dalam sebuah penulisan maupun dalam berkomunikasi merupakan pembahasan yang ringan namun sulit untuk di praktekan. Dalam penulisan di dunia maya contohnya. Sangat banyak ditemukan orang-orang yang berbahasa indonesia dengan tidak baku. Hal tersebut tidak masalah karena dianggap bahasa sehari-hari agar tidak terasa kaku. EYD biasa dipakai dan harus digunakan pada penulisan formal seperti surat menyurat, karya tulis, karya ilmiah, skripsi dan lainnya. Selain penulisan yang diwajibkan berbahasa baku yaitu dalam berkomunikasi tidak ada salahnya digunakan bahasa yang tidak sesuai dengan EYD. Asalkan kita mengetahui dimana kita menulis dan berbicara dan tetap berpatokan dengan kaidah yanng ada.
EYD diresmikan pemakaiannya pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden Soeharto. Namun, patut disadari bahwa masih banyak pengguna bahasa yang melupakan kaidah ejaan ini bahkan sama sekali tidak tahu tentang kaidah ini.
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan.
EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan. Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa yang menyempurnakan sebuah karya tulis. Karena dalam sebuah karya tulis memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail.
Singkatnya EYD digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar.
Dalam buku Pedoman Umum EYD, diatur mengenai:

2.1.1 Pemakaian huruf
Penggunaan huruf kapital atau huruf besar yaitu pada huruf pertama:
a. Pada awal kalimat.
Pada hari minggu kuturut ayah ke kota.
b. Pada petikan langsung.
Ayah berkata, “Berapa nilai rapormu?”.
c. Ungkapan yang berhubungan dengan hal – hal keagamaan, kitab suci, nama Tuhan, dan termasuk kata ganti nama Tuhan. Allah, Islam, Al Qur’an, Kristen.
Pada gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Nabi Muhammad Saw, Raden Mas Margono, Daeng Gassing, Haji Sobri.
d. Pada nama jabatan dan pangkat, yang diikuti nama orang. Presiden SBY, Jenderal Soeharto.
Nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang ditulis dengan huruf kecil.
e. Nama orang.
Sri, Risna, Unnul, Insana, Ayu.
f. Nama bangsa, suku, dan bahasa.
Bangsa Indonesia, suku Makassar, bahasa Indonesia.
g. Nama tahun, bulan, hari, hari raya dan peristiwa sejarah.
Tahun Masehi, September, Senin, hari Lebaran, Perang Dunia I.
h. Nama khas dalam geografi.
Teluk Bone, Makassar, Danau Toba.
Huruf capital tidak dipakai bila tidak diikuti namanya.
i. Nama badan, lembaga pemerintah, dan ketatanegaraan serta dokumen resmi. BUMN, KPK, DikNas.
j. Semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti: di, ke, dari, yang, untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
k. Pada singkatan nama, gelar, pangkat, dan sapaan.
Prof., Mayjen.
l. Kata penunjuk hukum kekerabatan (bapak, ibu, saudara, kakak, adik, paman, bibi, nenek, dan kakek) yang juga dipakai kata ganti atau sapaan seperti Anda.

2.1.2 Penulisan Huruf Kapital dan Miring
a. Huruf kapital
Penggunaan huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat dan sapaan.
Dr. doktor
M.A. master of arts
S.H. sarjana hukum
S.S. sarjana sastra
Prof. profesor
Tn. tuan
Ny. nyonya
Sdr. saudara

Penggunaan huruf kapital sebagai kata sapaan.
Misalnya:
"Kapan Bapak berangkat?" tanya Harto.
Adik bertanya, "Itu apa, Bu?"
Surat Saudara sudah saya terima.
"Silakan duduk, Dik!" kata Ucok.
Besok Paman akan datang.
Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.
b. Huruf miring
Penggunaan huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Huruf pertama kata abad ialah a.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.

2.1.3 Penulisan kata
Penulisan kata dibagi menjadi kata dasar; kata turunan; kata ulang; gabungan kata; kata ganti ku, kau, mu dan –nya ; kata depan di, ke, dan dari ; kata si dan sang,; partikel; singkatan dan antonim; dan terakhir angka dan ;amang bilangan. Mari kita bahas mengenai penulisan kata depan.
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutingya kecuali di dalam gad gabungan kata yang sudah lazim dianggap sau kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya :
Kain itu terletak di dalam lemari.
Bermalam sajalah di sini.
Di mana Siti sekarang?
Mereka ada di rumah.
Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Ke mana saja ia selama ini?
Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
Mari kita berangkat ke pasar.
Saya pergi ke sana-sini mencarinya.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.
Si Amin lebih tua daripada si Ahmad.
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
Ia masuk, lalu keluar lagi.
Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.
Bawa kemari gambar itu.
Kemarikan buku itu.
Semua orang terkemuka di desa itu hadir dalam kenduri itu.

2.1.4 Penulisan unsur serapan
Perkembangan bahasa Indonesia menyerap unsur dari bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris.
Unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dibagi atas dua golongan besar. Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti: reshuffle, shuttle cock, I'exploitation de l'homme par I'homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.

aa (Belanda) menjadi a
paal
baal
octaaf pal
bal
oktaf
ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e
aerobe
aerodinamics aerob
aerodinamika
ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
haemoglobin
haematite hemoglobin
hematit
ai tetap ai
trailer
caisson trailer
kaison
au tetap au
audiogram
autotroph
tautomer
hydraulic
caustic audiogram
autotrof
tautomer
hidraulik
kaustik
c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k
calomel
construction
cubic
coup
classification
crystal kalomel
konstruksi
kubik
kup
klasifikasi
kristal
c di muka e, i, oe, dan y menjadi s
central
cent
cybernetics
circulation
cylinder
coelom sentral
sen
sibernetika
sirkulasi
silinder
selom
cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k
accomodation
acculturation
acclimatization
accumulation
acclamation akomodasi
akulturasi
aklimatisasi
akumulasi
aklamasi
cc di muka e dan i menjadi ks
accent
accessory
vaccine aksen
aksesori
vaksin
cch dan ch di muka a, o, dan konsonan menjadi k
saccharin
charisma
cholera
chromosome
technique sakarin
karisma
kolera
kromosom
teknik
ch yang lafalnya s atau sy menjadi s
echelon
machine eselon
mesin
ch yang lafalnya c menjadi c
check
China cek
Cina
ç (Sanskerta) menjadi s
çabda
çastra sabda
sastra
e tetap e
effect
description
synthesis efek
deskripsi
sintesis
ea tetap ea
idealist
habeas idealis
habeas
ee (Belanda) menjadi e
stratosfeer
systeem stratosfer
sistem
ei tetap ei
eicosane
eidetic
einsteinium eikosan
eidetik
einsteinium
eo tetap eo
stereo
geometry
zeolite stereo
geometri
zeolit
eu tetap eu
neutron
eugenol
europium neutron
eugenol
europium

2.1.5 Penulisan Tanda Baca
c. Tanda Titik
a) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya :
Aku sedang mengetik.
Mereka ingin pergi siang nanti.
b) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ihktisar, atau daftar.
Misalnya :
III. Departemen Dalam Negri
A. Direktorat Jendral Pembangunan Masyarakat Desa
B. Direktorat Jendral Agraria

1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik


c) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Misalnya :
Pukul 1.30.15 (pukul 1 lewat 30 menit 15 detik)
d) Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya :
Hirata, Andrea. 2007. Laskar Pelangi. Jakarta: Bentang.
e) Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat , (2) nama dan alamat penerima surat.
d. Tanda Koma
a) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya :
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.
Satu, dua, ... tiga!
b) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya :
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
c) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya :
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
Dia tahu bahwa soal itu penting.
d) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya :
Kata Ibu, "Saya gembira sekali."
"Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena kamu lulus."
e) Tanda koma dipakai di antara
(i) nama dan alamat,
(ii) bagian-bagian alamat,
(iii) tempat dan tanggal, dan
(iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya :
•Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
•Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
•Surabaya, 10 mei 1960
•Kuala Lumpur, Malaysia
e. Tanda Titik Koma (;)
a) Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya :
Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
b) Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya :
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur;
Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran "Pilihan Pendengar".
f. Tanda Titik Dua (:)
a) Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya :
Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.
b) Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan
Misalnya :
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.
c) Tanda titik dua dipakai:
(i) di antara jilid atau nomor dan halaman,
(ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci,
(iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta
(iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya :
Tempo, I (1971), 34:7
Surah Yasin:9
Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
Tjokronegoro, Sutomo, Tjukupkah Saudara membina Bahasa Persatuan Kita?, Djakarta: Eresco, 1968.
g. Tanda Hubung (-)
a) Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh penggantian baris.
Misalnya:
Di samping cara-cara lama itu ada ju-
ga cara yang baru.
b) Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Misalnya :
Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas.
Senjata ini merupakan alat pertahan-
an yang canggih.
Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.
c) Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas
(i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
Misalnya:
ber-evolusi
dua puluh lima-ribuan (20 x 5000)
h. Tanda Pisah (—)
a) Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya :
Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
b) Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya :
Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah persepsi kita tentang alam semesta.
i. Tanda Elips (…)
a) Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus
Misalnya :
Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
b) Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya :
Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
j. Tanda Tanya ( ? )
a) Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya
Misalnya :
Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
b) Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya :
Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
k. Tanda Seru ( ! )
a) Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya :
Alangkah seramnya peristiwa itu!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak-istrinya!
Merdeka!
l. Tanda Kurung ( (…) )
a) Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan
Misalnya :
Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
b) Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya :
* Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
*Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.
c) Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya :
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
m. Tanda Kurung Siku ( […] )
a) Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya :
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
b) Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya :
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.
n. Tanda Petik (“…”)
a) Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya :
"Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."
b) Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya :
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan dalam Tempo.
Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
c) Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya :
Kata Tono, "Saya juga minta satu."
o. Tanda Petik Tunggal
Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya :
Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
"Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
p. Tanda Garis Miring (/)
Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
Misalnya :
dikirimkan lewat darat/laut (dikirimkan lewat darat atau laut)
harganya Rp25,00/lembar (harganya Rp25,00 tiap lembar)

q. Tanda Penyingkat (Apostrof) (')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya :
Dia 'kan rindu padaku. ('kan = akan)
bujang 'lah tiba. ('lah = telah)
1 Januari '98 ('98 = 1998)

2.2 Penggunaan Bahasa Indonesia di Dunia Maya
Seperti apa yang telah dibahas sebelumnya mengenai EYD. Maka kini kita telah paham seperti apa penggunaan bahasa indonesia dengan baik dan benar. Hal yang sangat sepele ini justru malah yangn sering kita abaikan dan malah menjadi kebiasaan yang buruk. Mungkin tidak ada masalah jika kita gunakan bahasa indonesia yang tidak sesuai dengan kaidah EYD namun lain hasilnya apabila kita gunakan di saat pengerjaan karya tulis atau undangan resmi yang diwajibkan menggunakan bahasa indonesia yang formal.
Berbagai macam cara komunikasi yang kini kian mudah dilakukan, sms contohnya. Seringkali kita mendapatkan sms dari teman atau kerabat lingkungan sekitar. Short Message Service. Itulah kepanjangan dari sms. Merupakan pesan yang dikirim melalui handphone yang berisikan hanya 160 character. Hal tersebut yang menyebabkan banyak orang melakukan penyingkatan kata. Umumnya kita temui pengirim sms menggunakan bahasa yang tidak lazim digunakan oleh banyak orang. Dengan penulisan seperti “gg” , “ea” , “xmx” , itu mengartikan bahwa gg = tidak , ea = iya , xmx = sms. Bahasa tersebut sangat lazim digunakan oleh kebanyakan remaja di Indonesia karena mungkin mereka berpikir bahwa mereka menggunakan bahasa tersebut merasa mereka merupakan anak yang notabene ‘Gaul’. Penulisan yang besar kecil, mencampurkan angka dan huruf menjadi satu kesatuan hingga pengubahan abjad yang tidak seharusnya sepert : CpA s1h iAn9 mZ qWu ? , itu mempunyai arti yaitu, siapa sih yang sms aku?
Memang tidak semua remaja Indonesia menggunakan bahasa yang tidak lazim itu. Mereka yang menganggap dirinya ‘keren’ dan ‘gaul’ tersebut hilang kesadaran dan semakin jatuh saja pendidikan tentang berbahasa indonesia yang baik dan benar. Dari hal kecil ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan akan sulit saat menyusun skripsi serta penulisan bahasa indonesia yang diwajibkan menggunakan kalimat yang sesuai EYD.
Di sisi lain, remaja Indonesia yang merasa ‘sehat’ dari bahasa yanng tidak lazim tersebut menyebut penggunaan bahasa si remaja yang merasa ‘gaul’ dengan julukan bahasa ‘alay’ . Alay diambil dari sebuah singkatan dari Anak Layangan. Yang artinya anak kampung. Bahasa ‘alay’ kian menjadi topik hangat saat menjamurnya social network yang di duga sarana ajang pengembangan bakat para remaja untuk mengukir kata kata dalam bahasa yang tidak lazim, yakni bahasa ‘alay’ . Sangat banyak orang ‘alay’ ditemukan di fb. Berbagai kosakata baru dibuatnya sampai membuat orang yanng sehat perlu waktu yang lama untuk memahami apa maksud dari tulisannya.
Seorang pemerhati linguistik mengimbau kalangan pendidik untuk tidak gelisah berlebihan karena menganggap perkembangan "Bahasa Alay" dapat merusak Bahasa Indonesia.
"Bahasa alay yang kian banyak digunakan oleh generasi muda Indonesia ini hanya punya syarat mengancam dan merusak bahasa Indonesia apabila digunakan pada media yang tidak pada tempatnya," kata Suleman Bouti dari Fakultas Sastra dan Bahasa Universitas Negeri Gorontalo, Jumat.
Dia melanjutkan, bahasa kawula muda itu akan mengancam Bahasa Indonesia jika digunakan pada forum resmi seperti seminar, perguruan tinggi, sekolah atau dalam tata cara surat menyurat resmi di perkantoran.
Namun jika sekedar hanya diigunakan sebagai bahasa pergaulan di media baru yang memilih cara interaksi baru seperti jejaring sosial facebook atau twitter, maka tak ada alasan untuk mengkhawatirkan Bahasa Alay.
"Biarkan bahasa gaul itu berinteraksi pada tempatnya, malah, keberadaannya dapat memperkaya kajian para ahli linguistik," kata Suleman, yang tengah menyusun disertasi mengenai penggunaan bahasa gaul di jejaring sosial.
Oleh karena itu, demikan Suleman, tidak perlu mengambil langkah berlebihan dalam melindungi Bahasa Indonesia.
"Bahasa Indonesia justru akan teruji dan berkembang sesuai jamannya, dengan adanya berbagai ariasi bahasa di sekitarnya," tandasnya.
Kita sebagai penerus bangsan indonesia yang baik dan benar harus melestarikan bahasa ibu kandung dengan sekuat tenaga. Sangat prihatin jika melihat perkembangan jejaring sosial seperti facebook. Berikut contoh alay yang beredar di facebook.

Gambar 1. Contoh Facebook Remaja Indonesia yang Tidak Lazim


Mungkin butuh waktu yang lama agar dapat mencerna nama akun pengguna facebook di atas dan malah keburu malas untuk membacanya lebih lanjut. Beginilah kehidupan di dunia maya yang sangat memprihatinkan. Ini hanya salah satu contoh kecil yang menggunakan bahasa tidak lazim oleh remaja Indonesia. Memang tidak ada larangan atau undang undang yang melarang menggunakan bahasa ‘alay’ di dunia maya. Namun alangkah lebih baiknya apabila kita tidak membuat buat bahasa yang aneh dan melahirkan bahasa baru yang sudah jelas sangat merusak bahsa indonesia.
Berbagai macam kosakata baru dilahirkan oleh para ‘alayers’ . Berikut yang bisa saya jabarkan .
• Gue : W, Wa, Q, Qu, G,Quw
• Lo/kamu : U,
• Rumah : Humz, Hozz
• Aja : Ja, Ajj
• Yang : Iank/Iang, Eank/Eang
• Tuh : Tuwh, Tuch
• Deh : Dech, Deyh
• Sempat : S4
• Lucu : Luthu, Uchul, Luchuw
• Dulu : Duluw
• Chat : C8
• Tempat : T4
• Add : Et, Ett
• Banget : Bangedh, Beud, Beut
• Ini : Iniyh, Nc
• Boleh : Leh
• Baru : Ru
• Ya/Iya : Yupz, Ia, Iupz
• Kok : KoQ, KuQ, Kog, Kug
• Nih : Niyh, Niech, Nieyh
• Ketawa : wkwkwk, xixixi, haghaghag, w.k.k.k.k.k., wkowkowkwo
• Nggak : Gga, Gax, Gag, Gz
• Hai : Ui
• SMS : ZMZ, XMX, MZ
• Mengeluh : Hufft
• Kurang : Krang, Krank
• Tau : Taw, Tawh, Tw
• Maaf : Mu’uv, Muupz, Muuv
• Sorry : Cowwyy, Sowry
• Siapa : Sppa, Cppa, Cpa, Spa
• Kakak : Kakagg
• Lagi : Ghiy, Ghiey, Gi
• Kenal : Nal
• Buat : Wat, Wad
• Cewek : Cwekz
• Cowok : Cwokz
• Bokep : Bokebb
• Sih : Siech, Sieyh, Ciyh
• Nya, contoh : misalnya, jadi misalna, misal’a, misal.a
• Imut : Imoetz, Mutz
• Loh : Loch, Lochkz, Lochx
• Gitu : Gtw, Gitchu, Gituw
• Karena/Soalnya : Coz, Cz
• Masuk : Suk, Mzuk, Mzug, Mzugg
• Punya : Pya, P’y
• Pasti : Pzt
• Anak : Nax, Anx, Naq
• Cuekin : Cuxin
• Curhat : Cvrht
• Love : Luph, Luff, Loupz, Louphh
• Makan : Mumz, Mamz
• Yuk : Yuq, Yuqz, Yukz
• Terus : Rus, Tyuz, Tyz
• Dong : Dumz, Dum
• Reply : Repp (ini yang paling sering ditemukan di dunia maya)
• Sayang : Saiank, Saiang, chynk.
• Kalau : Kaluw, Klw, Low
• Setiap : Styp
• Lupa : Lupz
• Udah : Dagh
Umumnya huruf ‘k’ diubahnya menjadi ‘q’ , ‘s’ diubah menjadi ‘c’ atau ‘z’ , huruf ‘g’ diubah menjadi ‘k’ , huruf ‘r’ menjadi ‘y’, dan masih banyak lagi. Intinya para remaja mengubah dan memperbaharui kosakata dengan kemauannya sendiri.
Hal tersebut menyebabkan para pakar angkat bicara. Pakar linguistik dari Universitas Kristen Petra Surabaya Prof. Dr. Esther Kuntjara menilai sejumlah situs jejaring sosial di dunia maya seperti "facebook", "twitter", dan sejenisnya telah merusak bahasa.
"Hal itu karena dunia maya menggunakan bahasa lisan yang ditulis, bukan bahasa tulis atau bahasa lisan, sehingga bahasa lisan yang ditulis dapat mengacaukan bahasa baku," katanya dalam seminar di kampus setempat, Selasa.
Setelah berbicara dalam seminar "Language in The Online and Offline World (LOOW)" yang digagas Jurusan Sastra Inggris UK Petra Surabaya itu, dosen UK Petra Surabaya itu menyatakan bahasa lisan yang ditulis itu dikenal dengan istilah "alay."
"Saya sendiri tahu istilah bahasa ’alay’ itu justru dari penelusuran melalui facebook. Yang jelas, bahasa alay itu mencampur aduk antara tulisan, lisan, dan gambar, sehingga semuanya menjadi kacau," katanya.
Menurut alumni Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga itu, kekacauan bahasa itu terlihat karena peletakan gambar yang seenaknya dan kadang emosi juga diungkapkan secara tidak tepat.
"Misalnya, kalau menyatakan tertawa keras ditulis dengan LOL, padahal mungkin saja penulis itu justru sedang marah, bukan tertawa, sehingga semuanya menjadi kacau atau rumit," kata alumni S2 dari San Fransisco State University, AS itu.
Anehnya, katanya, bahasa yang rusak itu justru dianggap sebagai kreatifitas. "Penutur bahasa dalam dunia maya memang kreatif, tapi kalau rusak-rusakan kok dibilang kreatif sih," katanya sambil tersenyum.
Dalam kondisi seperti itu, katanya, Indonesia justru sangat tertinggal dalam kosakata baru dalam istilah teknologi informasi, sehingga orang mengambil bahasa aslinya seperti komputer, online, download, upload, website, dan sebagainya.
"Memang sudah diupayakan download diterjemahkan dengan unduh atau website dengan laman, tapi hal itu kalah cepat, sehingga hal itu tidak laku," katanya. Alumni S3 dari Indiana University of Pennsylvania, AS itu mengatakan dunia maya juga memunculkan sosok yang mudah berubah dalam satu waktu.
"Identitas dalam dunia maya itu mudah diubah, sehingga kalau kita mau apa saja bisa, bahkan bicara dengan sekian orang dengan karakter berbeda juga bisa, apalagi mengubah status di facebook itu juga sangat mudah," katanya.
Ia menambahkan kerusakan bahasa dan mudahnya perubahan identitas dalam dunia maya itu melahirkan generasi yang berani bersikap dan asosial atau individualis.
"Bagaimana tidak dikatakan asosial, karena ayah, ibu, dan anak mengetahui kegiatan masing-masing hanya lewat dunia maya. Di dalam facebook, si anak bilang saya sedang mandi, si ibu bilang kalau dirinya sedang makan, dan sebagainya. Semuanya lewat BB (blackberry)," katanya.

2.3 Perkembangan Bahasa Gaul
Bahasa gaul merupakan bahasa ABG ( Anak Beranjak Gede ) yang biasa digunakan sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa ini mulai dikenal dan digunakan sekitar tahun 1970. Awalnya bahasa ini dikenal sebagai “bahasanya anak jalanan / bahasa preman” karena biasanya digunakan oleh para preman sebagai kata sandi yang hanya dimengerti oleh kelompok mereka sendiri. Belakangan bahasa ini menjadi populer dan banyak digunakan dalam percakapan sehari-hari. Selain karena sering digunakan oleh para remaja untuk menyampaikan suatu hal secara rahasia (tanpa diketahui guru dan orang tua mereka), juga banyaknya media (televisi, radio, film, majalah, dan lain-lain) yang menggunakan kata-kata itu, sehingga bahasa gaul menjadi sangat populer.
Bahasa gaul terus berkembang biak mengikuti perkembangan zaman. Dari masa ke masa makin banyak istilah-istilah baru. Istilah lama yang kini jarang terdengar tanpa sadar telah tidak laku lagi akibat munculnya istilah baru yang lebih ‘in’. Tidak sedikit kata-kata itu sudah tidak dikenal lagi dan berganti dengan istilah lain yang lebih “funky”. Kata-kata tersebut biasanya merupakan bahasa daerah yang dipelintir atau dipelesetkan artinya. Ada juga kata yang posisi konsonan dan vokalnya diubah sedemikian rupa, menimbulkan bunyi baru yang cukup unik dan lucu kalo didengar.
1. Jayus
Istilah Jayus populer di tahun 90an dan masih sesekali digunakan di masa kini. Dari cerita mulut ke mulut, konon ada seorang anak di daerah Kemang bernama Herman Setiabudhi yang kerap dipanggil Jayus oleh teman2nya. Jayus sendiri adalah nama ayah dari Herman (lengkapnya Jayus Kelana) yang seorang pelukis di kawasan Blok M. Herman alias Jayus terkenal sebagai anak yang sering melawak tapi lawakannya kerap kali tidak lucu.
2. Garing
Kata ini merupakan kata dari bahasa Sunda yang berarti “tidak lucu”. Awalnya kata-kata ini hanya digunakan di Jawa Barat saja. Namun karena banyaknya mahasiswa luar pulau yang kuliah di Jawa Barat (Bandung) lalu kembali ke kota kelahiran mereka, kata ini kemudian dipakai mereka dalam beberapa kesempatan. Karena seringnya digunakan dalam pembicaraan, akhirnya kata ini pun menjadi populer di beberapa kota besar di luar Jawa Barat.
3. Unyu
Memang untuk yang bukan pengguna twitter istilah ini terasa awam. Karena unyu berkembang pesat di twitter. Istilah ini kian sering digunakan. Unyu sendiri sebetulnya tidak mengandung arti. Hanya saja sering diucapkan saat kita mendengar sesuatu yang lucu dan menggemaskan.
4. Ember
Kata ini merupakan plesetan dari kata “Memang Begitu”. Pertama kali dipopulerkan oleh Titi DJ yang secara tidak sengaja menyebut kata ini saat menjawab pertanyaan orang. Sejak itu, kata ini sering digunakan di berbagai kesempatan.
5. Secara
Kata ini sebenarnya adalah bahasa Indonesia, yang bermakna “Adalah”. Namun kata ini menjadi populer di tahun 2006an di kalangan siswa-siswi SMU yang menggunakan kata ini sebagai kata ganti “Karena / Soalnya”. Sesekali pula digunakan sebagai sisipan tanpa makna (hanya sebagai penekanan pada kalimat yang mereka katakan). Contoh pemakaiannya :
a. Gua gak bisa ke rumah lo neh hari ini, secara bokap gue lagi sakit.
b. Ya… gimana dong? Secara gue ini kan gaul…
6. Woles
Makin kreatifnya anak bangsa. Kini membaca tidak lagi dari kiri ke kanan melainkan dari kanan ke kiri. Woles merupakan pembalikan dari kata bahasa inggris yaitu slow. Agar lebih enak diucap maka yang digunakan bukanlah wols namun woles. Itu mengartikan santai saja, tenang saja, jangan panik.
7. Yoiyoi
Mempunyai artian menyanggupi sesuatu. Diambil dari kata ‘iya’. Mengalami plesetan menjadi yoi, dan yang kini sering didengar ialah yoyoi. Masih banyak lagi sebetulnya untuk mengungkapkan suatu kesanggupan. ‘yongkru’ ‘yoha’ ‘yoi mamen’.
8. Capcus
Saat kita akan berangkat ke suatu tempat maka akan sering mengucapkan ‘capcus yuk ah’ yang bisa diartikan berangkat.
Bahasa gaul kini tidak hanya digunakan oleh para ABG, orang yang sudah tidak bisa dibilang muda lagi pun suka menggunakan bahasa gaul. Mengapa demikian, karena bahasa gaul sudah beredar sejak tahun 1970-an sehingga yang dahulu berjaya menggunakan bahasa gaul dan kini telah berumur pun akan menjadi kebiasaan hingga di usia tua.
Tidak ada larangan menggunakan bahasa gaul. Bahasa ini memang tidak tersedia di Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pada tahun 1999, artis kenamaan Debby Sahertian malah menerbitkan suatu buku yang berjudul ‘Kamus Bahasa Gaul’. Berisi tentang daftar istilah yang digunakan oleh para remaja. Tidak jauh beda dengan yang sebelumnya kita bahas.
Perkembangan bahasa gaul akan tetap terus berkembang mengikuti bergulirnya zaman.




BAB III
3 PENUTUP

Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah penulis kemukakan pada bab- bab terdahulu maka selanjutnya penulis dapat memberikan beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut.
3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan mengenai permasalahan penggunaan bahasa indonesia yang kini kian memburuk saja, penulis membuat kesimpulan yang bisa di jabarkan menjadi beberapa poin sebagai berikut.
1. Remaja Indonesia kurang mencintai bahasa asli indonesia sehingga lebih cenderung menggunakan bahasa yang dibuatnya sendiri yang sedang populer dan dijadikan bahasa sehari-hari.
2. Para generasi muda menyalahgunakan kemampuan kreatifitasnya kearah yang negatif yakni merubah-rubah kosakata bahasa indonesia menjadi sukar dibaca dan dimengerti oleh kaum awam.
3. Perhatian para remaja akan pentingnya menggunakan bahasa indonesia sesuai dengan kaidah Ejaan Yang Disempurnakan sangat kecil sehingga saat dibutuhkan penggunaan bahasa indonesia yang formal mengalami kesulitan.

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mencoba memberikan saran-saran sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk memajukan perhatian remaja akan pentingnya berbahasa yang baik dan benar antara lain :
1. Memberikan penyuluhan dengan konsep menarik tidak terkesan monoton akan penjelasann mengenai penggunaan bahasa indonesia sesuai EYD paling tidak menggunakan bahasa yang lazim serta mudah dibaca.
2. Peringatan di dunia maya akan larangan menggunakan berbahasa ‘alay’ agar para pengguna bahasa tidak lazim tersebut dapat segera sadar dan memperbaiki cara penulisan kalimat yang mereka gunakan menjadi baik dan benar.




4 DAFTAR PUSTAKA

Soewandi. 1975. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta : Balai Pustaka.
http://superboyz.wordpress.com/2010/09/29/perbandingan-bahasa-alay-dengan-bahasa- indonesia/ (3 Januari 2011)
http://www.suaramedia.com/berita-nasional/31502-qbahasa-alayq-dinilai-merusak-bahasa-indonesia.html (3 Januari 2011)
http://jatim.vivanews.com/news/read/189958-bahasa--alay--cemari-bahasa-indonesia (3 Januari 2011)
http://www.kaskus.us/showthread.php?p=222009428 (3 Januari 2011)
http://koranbaru.com/40-istilah-bahasa-gaul/ (3 Januari 2011)
http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php (3 Januari 2011)

Tidak ada komentar: